Harga | Rp 215.000 |
---|---|
Info |
Buku ini berfokus pada perlalulintasan budaya (cultural traffic) dari film-film tersebut, mulai dari akhir 1970-an sampai awal 2010-an, dari Indonesia sampai ke negara-negara lain. Dengan menganalisa alur global (global flow) dari film-film tersebut, saya akan berargumen bahwa terlepas dari status marjinalnya, film-film eksploitasi klasik Indonesia merupakan pusat dari pertarungan selera di antara beragam kelompok dan agen yang berkepentingan. Proses ini akan mencakup tinjauan kembali sejarah resmi sinema Indonesia dengan cara menyelidiki kerangka perlalulintasan budaya (cultural traffic) dan politik selera, serta menekankan signifikansi film-film B dan eksploitasi tersebut, yang kemudian membuka jalan ke beberapa temuan yang merekomendasikan untuk menyertakan film-film tersebut dalam wacana sinema yang lebih serius, baik secara nasional maupun secara global. Lebih jauh lagi, terkait dengan perlalulintasan sinema (film traffic), film-film tersebut telah menjadi bidang penting dan bahkan menjadi obyek ketegangan yang muncul dari berbagai politik selera yang melibatkan beberapa agen, seperti negara dan para elit budayanya, produser-produser film lokal, distributor dan ekshibitor film lokal, khalayak lokal, distributor transnasional, dan para penggemar global. Dalam gambaran lebih besar, buku ini juga menganalisa secara menyeluruh dinamika politik, ekonomi, sosial, dan transformasi budaya dari film-film ‘sampah’ itu secara internasional membentuk dan memberi dampak terhadap suasana budaya film nasional dan global, termasuk secara kritis membenturkannya dengan konsep sinema kultus (cult cinema) yang sangat Barat-sentris. Dalam menyusun argumen-argumen ini, dengan menggunakan penelitian berbasis arsip dan pendekatan sejarah kritis, saya akan mengeksplorasi berbagai bidang kajian film, mencakup kajian kebijakan, budaya distribusi/ekshibisi, penerimaan dan kepenontonan film, serta fandom (kepenggemaran) daring global.